Tahun 2017 bisa dibilang sebagai tahun
kebangkitan genre horor di Indonesia. Dimulai dari Danur yang mampu meraih 2.7
juta penonton dan Pengabdi Setan yang sampai saat ini sudah 3.8 juta penonton
dan masih terus bertambah. Selain kedua horror sukses tersebut, ada banyak
horror lain yang turut meramaikan tahun 2017 ini. Yang menarik adalah cerita
horor yang dibawakan masing-masing film, punya keunikannya sendiri-sendiri.
Salah satunya adalah Gasing Tengkorak. Membawa cerita yang berasal dari daerah
Minang, pasti akan membawa hal yang baru. Namun, apakah ‘konten’ lokal ini,
bisa diolah secara menarik dan dinikmati penonton nasional?
|POSTER
& TRAILER| Posternya biasa aja sih. Gak terlalu menggambarkan isi film, walaupun ada gasingnya disitu. Sosok yang dibelakangnya pun beda. Yaa bagus aja sih, gak spesial. Tapi untuk font tulisan 'Gasing Tengkorak', lebih bagus di poster dari pada di trailer.
|CERITA|
Kisah seorang artis papan atas yang kelelahan dan membutuhkan waktu untuk
menyendiri. Vero meminta managernya untuk mencancel semua jadwal shownya dan
meminta dicarikan rumah yang jauh dari manapun dan dia mau istirahat disana. Premis
yang cukup menarik. Film dimulai dengan sebuah liputan acara TV yang sedang
membahas tentang Gasing Tengkorak. Kemudian sepanjang film berjalan, film
berkutat di aktivitas Vero menyendiri di villa dengan segala fasilitas dan
‘gangguan’ yang dia alami. Treatment ‘menakuti’ dari Gasing Tengkorak bisa
dibilang cukup efektif dengan kemunculan ‘sosok’ yang sering tiba-tiba,
ditambah music ilustrasi yang cetar. Kombinasi ini cukup membuat penonton
sepanjang film, teriak berkali-kali. Part ‘menakuti’ paling asyik dan seru, ada
di part Vero mainan Game VR, itu keren!
|VISUAL|
Gaya pengambilan gambar Jose Poernomo masih terlihat di Gasing Tengkorak,
pergerakan dinamis, gambar drone megah, dan pengambilan gambar berputar ke
talent 360 derajat. Walaupun untuk Jose masih kurang dalam hal continuity antar
gambar di film ini. Selain itu, kualitas gambar drone di Gasing Tengkorak,
terlihat jumping alias kualitasnya tidak sama dengan kamera yang bukan drone.
Bukan suatu masalah yang berarti, namun cukup terasa.
|AUDIO| Khikmawan Santosa seperti
biasanya, bekerja dengan sangat baik untuk menata segala urusan audio di Gasing
Tengkorak. Untuk bagian music ilustrasi dan sound effect yang di compose dengan
sangat baik untuk memberikan jump scare yang asyik di sepanjang film.
|ACTING| Nikita Willy sepagai
tokoh utama, berperan dengan baik. Walaupun penampilannya disini bukan
penampilan terbaiknya, dan sebenarnya tokoh Vero ini masih bisa lebih baik dari
dia perankan dari ini. Oh ya, ada beberapa pemeran pendukung yang cukup
mengganggu focus, entah ini disengaja atau tidak, seperti mbak-mbak perawat di
rumah sakit, suara yang ditelpon sama Vero dan mas-mas penjaga villa.
|KESIMPULAN| Gasing Tengkorak
memang bukan film yang spektakuler, namun film ini cukup mampu untuk mengobati
rindu dengan film horor yang bisa bikin kamu teriak-teriak di bioskop. Jalinan
cerita dengan mengangkat keaderahan, juga menjadi poin plus, dimana kita tidak
hanya disuguhkan cerita-cerita perkotaan saja, walaupun memang film ini tidak
100% kedaerahan. #BanggaFilmIndonesia









Ya ampun 3 bintang...😐😐saya cm ngasih 2/10..plot twist yang ngawur ditambah membosankannya alur
ReplyDeletefilm yang sangat aneh
ReplyDelete